04 Januari 2008

Jangan Serahkan nasib anak-anak pada Teve


Kini televisi bukan merupakan barang mewah lagi, hampir tiap keluarga atau bahkan tiap kamar kelurga memiliki TV. Tidak seperti dulu ketika televisi hanya dimiliki satu orang di sebuah RT di kampung. orang-orang satu RT harus berdesak-desakan di dalam rumah pemilik TV demi menyaksikan "The legend of the Condor Heroes" film serial perdana sebuah stasiun Televisi swasta saat itu. tapi sekarang kita akan terkejut, berbagai penelitian akhir-akhir ini menyimpulkan bahwa menonton TV dalam waktu lama mempengaruhi pertumbuhan kecerdasan dan jiwa anak

Sebenarnya telah banyak tokoh dan pakar yang berbicara tentang dampak negatif tayangan televisi. Ada yang bilang, Televisi itu isinya 99% sampah. Saya juga pernah mendengar seorang ustadz juga bilang, televisi itu mirip dengan -maaf- pantat ayam, paginya bertelur selanjutnya cuma buang kotoran, televisi paginya siraman rohani-ibarat telur- acara selanjutnya gak ada manfaatnya-kotoran. Tapi karena orang sekarang cenderung ilmiah dan rasionalis, hanya ucapan saja tanpa bukti ilmiah tentu tidak begitu saja percaya.

Kini, dampak negatif televisi telah terbukti. Hasil penelitian bertahun-tahun yang dilakukan oleh banyak lembaga penelitian di berbagai negara menunjukkan hasil yang sama bahwa banyak menonton televisi memberikan dampak yang buruk khususnya bagi perkembangan otak dan jiwa anak-anak karena sifatnya tayangan televisi yang lebih bersifat pasif dan non interactive process. TV betul-betul memukau indera sang anak untuk menontonnya, mereka tahan berjam-jam untuk menontonnya. Bahkan bagi orang tua hal ini merupakan pertolongan, TV bisa menjadi babbysitter. Biar diam, anak-anak didudukkan di depan TV sehingga orang tua bisa bebas melanjutkan kesibukannya tanpa merasa terganggu.

KENAPA ORANG TUA MEMBIARKAN ANAK MENONTON TV ?
Orang tua begitu pragmatis, menganggap punya alasan yang tepat membiarkan anaknya menonton TV dengan bebas. Berikut alasannya :

  1. alasan yang 'tepat' agar anak-anak agar diam sehingga orang tua bisa menjalankan kesibukannya tanpa terganggu.
  2. agar anak tidak banyak keluar 'menjaga mereka di rumah' karena dianggap lebih aman, meski kenyataanya anak menjadi pasif, tidak mau bersosialisasi dan cenderung diam di luar
  3. menganggap TV mampu memberikan pengetahuan dan wawasan bagi anak, kenyataannya sangat jarang sekali program yang bersifat mendidik dan menghibur(edutainment) kebanyakan acara TV hanya profit oriented.
BEBERAPA PENELITIAN PENGARUH TV TERHADAP ANAK
Penelitian tentang dampak buruk televisi terhadap perkembangan anak sudah dilakukan cukup lama, kini upaya itu telah menunjukkan hasil. Berikut hasil penelitiannya :
  1. Dipublikasikan oleh Archieves of Pediatrics & Adolescent Medicine(4/7/2005), berdasarkan data sebuah penelitian sekitar 1.800 anak-anak di AS yang terwakili secara nasional. Anak-anak yang nonton TV lebih dari 3 jam setiap hari sebelum usia 3 tahun terlihat memiliki kemunduran akademis dan intelegensi saat berusia 6 hingga 7 tahun daripada anak-anak yang lebih sedikit menonton TV.
  2. (ANTARA News, Desember 2007) - Televisi secara mendasar tidak baik bagi otak bayi, demikian dikatakan oleh sejumlah dokter spesialis yang dimuat dalam majalah kedokteran Jerman awal pekan ini. Bahkan acara khusus televisi dan DVD rancangan khusus bagi bayi yang mengklaim dapat meningkatkan perkembangan otak secara nyata lebih membawa pengaruh buruk bagi perkembangan otak bayi," demikian pernyataan dokter ahli yang dimuat dalam majalah Neu-Isenburg.
  3. Berdasarkan penelitian Dina Borzekowski dari Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health dan Dr. Thomas Robinson dari Stanford University di Kalifornia, anak-anak yang memiliki TV di ruang tidurnya tapi tidak memiliki komputer memperoleh nilai yang lebih rendah daripada yang tidak memiliki TV tapi memiliki komputer.
  4. Hasil penelitian lain yang dilakukan Hancox RJ. Association of Television Viewing During Chilhood with Poor Educational Achievement tentang kebiasaan menonton TV saat berusia 5-15 tahun pada orang-orang berusia 26 tahun. Peserta yang berhasil menyelesaikan pendidikan hingga perguruan tinggi menonton TV rata-rata kurang dari 2 jam sehari saat anak-anak, dibandingkan dengan yang hanya menyelesaikan pendidikan menengah (SMA) yang rata-rata 2,5 jam sehari.
KATA PAKAR LAINNYA TENTANG DAMPAK TV

Menurut Psikolog UI Prof Dr Fawzia Aswin Hadis, besarnya pengaruh TV pada anak karena memang berada pada fase meniru. Anak adalah imitator ulung, tidak dikhawatirkan jika yang ditiru adegan dan perilaku yang positif. Tapi, KENYATAANNYA, JUSTRU PERILAKU NEGATIF YANG SANGAT MENARIK BAGI ANAK UNTUK DITIRU

PENGARUH NEGATIF TV LAINNYA
  1. Dari segi kesehatan, anak yang sering nonton TV cenderung memiliki masalah kegemukan. Karena sering anak suka nonton TV sambil makan snack atau makanan ringan terlalu banyak. Selain itu pembakaran kalori menjadi lebih sedikit karena metabolisme turun hingga dibawah rata-rata dibanding jika mereka aktif bermain.
  2. Anak-anak menjadi lebih konsumtif akibat terpengaruh iklan
  3. Anak-anak yang banyak menonton TV lebih agresif daripada yang jarang
  4. Anak menjadi lebih pasif dan yang ekstrim menjadi antisosial, karena waktu bermain dan berkomunikasi sosial dengan anak-anak lainnya berkurang padahal usia anak-anak adalah waktu yang penting untuk mengembangkan kemampuan berinteraksi sosial dengan teman atau orang lain
PENGARUH POSITIF TV
Meskipun Tidak terlalu banyak manfaat positif TV bagi anak, tapi ia juga mempunyai segi-segi positif tapi jika orang tua bisa mengontrol anaknya dalam menonton TV. Orang tua bisa mengikuti saran-saran berikut ini.

SARAN BAGI ORANG TUA
  1. Tidak menyediakan TV di kamar tidur anak, ganti aja dengan komputer.
  2. Tidak membiarkan anak menonton sambil makan.
  3. Tidak memberi kesempatan anak menonton TV sebelum sekolah - Pagi.
  4. Untuk anak umur kurang 2 tahun, sebaiknya tidak banyak menonton TV. Sedangkan bagi anak yang lebih tua jangan menonton TV lebih dari dua jam sehari.
  5. Pilih program yang sesuai yang layak ditonton dan ajari anak untuk mematikan TV saat program yang dipilih selesai. Khusus di Indonesia, banyak sinetron mempertontonkan adegan-adegan kekerasan atau perkelahian, kecengengan, mimpi-mimpi, keserakahan, pemerasan, penganiayaan kepada yang lemah, amarah, tipu daya, pergaulan bebas dan tahayul -meskipun tema yang diangkat tentang agama- jika dibiarkan dapat memberi dampak buruk pada perilaku sosial dan pendidikan anak.
  6. Jangan membiarkan anak menonton TV sendirian, dampingi dan ajaklah anak membahas: Apakah kata-kata kasar atau kotor yang diucapkan patut ditiru? Apakah perilaku kekerasan itu layak dicontoh? Apakah setiap masalah harus diselesaikan dengan berkelahi? Diskusikan dan bandingkan nilai-nilai yang ada dalam TV dengan nilai agama dan moral..
  7. yang lebih penting lagi adalah anak-anak punya waktu cukup untuk bermain dengan teman-temannya, membaca cerita dan istirahan/tidur, berjalan-jalan, dan belajar tentang segala hal.
Nah, apakah kita rela menyerahkan nasib pertumbuhan mental dan kecerdasan anak-anak dirumah kita kepada televisi yang di AS sekarang lebih banyak disebut sebagai "kotak idiot" ?. Berikan mereka waktu untuk bermain dengan teman-teman mereka yang sebaya agar menjadikan mereka lebih aktif, mampu berkomunikasi dan memiliki kepekaan sosial dengan teman maupun orang lain disekitar mereka. Menjadi pintar secara IQ kini tidaklah cukup. Banyak orang-orang cerdas IQnya semata tapi akhirnya memiliki kegemaran meledakkan bom di kota, menembaki teman-temannya disekolah, membuat Virus perusak komputer sehingga merugikan banyak orang di seluruh dunia, dan kegemaran tidak wajar lainnya dengan tujuan untuk menunjukkan eksistensi dirinya secara keliru. Tidak mudah memang mendidik anak agar sesuai harapan, tetapi dengan kesabaran dan ketekunan suatu saat kita bisa memetik buahnya.

Referensi :
Antara News | Desember 2007
Majalah SINERGI | Edisi VI | Desember 2007
Kompas | Juli 2005

1 komentar:

  1. tepat, dampak negative sangat terasa bagi anak-anak, mereka memplagiat total semua kejadian yang mereka tonton, cara bicara hingga sikpanya, seharusnya pertelevisian lebih membatasi dan menyaring segala bentuk penyoimpangan.

    BalasHapus